“Saat ini ada enam populasi geografis panda yang terbagi menjadi tiga
populasi genetik di Cina,” kata Manajer Proyek Beijing Genomics
Institute, Shancen Zhao, Senin 17 Desember 2012. Tiga populasi genetik
itu adalah Qinling (Qin), Minshan (MIN) dan
Qionglai-Daxiangling-Xiaoxiangling-Liangshan (QXL).
Dalam penelitian yang diterbitkan secara daring di jurnal Nature
Genetics, tim peneliti mengurutkan ulang seluruh genom dari 34 panda
liar. Rekonstruksi sejarah populasi panda mengungkap terjadinya beberapa
peristiwa evolusi penting. Antara lain, dua ekspansi populasi, dua
kemacetan populasi, dan dua divergensi populasi panda.
Shancen mengatakan, panda modern hanya makan daun dan batang bambu.
Padahal leluhurnya adalah omnivora atau karnivora. Pergeseran perilaku
makan diperkirakan terjadi 3 miliar tahun lalu dan memunculkan spesies
panda pigmi. Cuaca hangat dan basah pada waktu itu merupakan kondisi
ideal bagi pertumbuhan dan penyebaran hutan bambu. “Ini menyebabkan
ekspansi populasi pertama panda raksasa,” ujarnya.
Namun, sekitar 700 juta tahun lalu, populasi panda mulai menurun
karena dua kali fenomena pendinginan Bumi (glasiasi) terbesar pada kala
Pleistosen di Cina. Akibatnya, pertumbuhan populasi awal panda terhambat
sekitar 0,3 miliar tahun lalu. Selama periode itu, populasi panda pigmi
secara bertahap digantikan panda baconi, subspesies yang berukuran
tubuh lebih besar.
Ekspansi populasi kedua kembali terjadi setelah es di Bumi mencair.
Puncaknya terjadi 30-50 ribu tahun lalu. Cuaca hangat dan maraknya hutan
konifer diduga berperan penting mendongkrak populasi panda. Namun,
kondisi itu tidak berlangsung lama. Periode glasiasi terakhir membuat
Bumi semakin dingin, kering, dan kerap terjadi badai yang penuh debu.
“Lingkungan keras membuat habitat panda yang luas justru menghambat
populasi kedua,” ujar Shancen.
Sejarah populasi yang lebih baru menunjukkan bahwa populasi panda
dipisahkan menjadi Qinling (Qin) dan non-Qin sekitar 300 juta tahun
lalu. Popuasi non-Qin lantas bercabang menjadi dua populasi, yakni
Minshan dan Qionglai-Daxiangling-Xiaoxiangling-Liangshan sekitar 2.800
tahun lalu. Ketiga populasi panda lantas berkembang fluktuatif.
“Komunikasi lewat penciuman dan persepsi bau sangat penting untuk
reproduksi dan kelangsungan hidup panda raksasa di hutan lebat,” ujar
Shancen.
Yang tak kalah penting, penelitian ini menemukan bukti bahwa
fluktuasi populasi panda selama jutaan tahun didorong oleh perubahan
iklim global. Namun, tren itu tidak dijumpai beberapa dasawarsa
terakhir. Kini, Shancen mengatakan, turunnya populasi panda justru
dipicu aktivitas manusia.
Panda raksasa (Ailuropoda melanoleuca) adalah anggota paling langka
dari keluarga beruang. Hilangnya habitat dan penganiayaan oleh manusia
mengancam kelangsungan hidup satwa berwarna hitam-putih ini.
Spesialisasi makanan, isolasi habitat, dan kendala reproduksi juga
menggiring spesies langka ini pada kebuntuan evolusi. Panda diprediksi
segera punah.
Sumber : https://richeyuliaan.wordpress.com/2014/03/25/asal-usul-hewan-panda/
0 komentar:
Posting Komentar